Lambang Ambalan
1. Lambang meliputi limas dan komponen yang terkait dengan bidang keahlian SMK N 2 Kraksaan.Dengan dasar warna hitam melambangkan ketabahan, kuning kesejahteraan dan kemakmuran serta oranye menandakan kegembiraan dan ceria
2. Limas melambangkan Dasar Negara Republik Indonesia, diharapkan agar anggota ambalan menjadi seorang patriotic.
3. Bintang melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan cita – cita yang tinggi.
4. Parabola pemancar dan penerima melambangkan Pramuka SMK N 2 Kraksaan siap memimpin dan dipimpin.
5. Menara yang tersusun atas 10 Dasa Darma melambangkan kode etik Gerakan Pramuka.
6. 3 Gigi roda melambangkan kode kehormatan Gerakan Pramuka yakni Try Satya.
7. 2 Petir dikanan dan dikiri melambangkan malaikat pencatat amal baik dan buruk yang mendampingi, menandakan bahwa anggota SMK N 2 mampu membedakan hal baik dan hal buruk.
8. 2 Tunas kelap dikanan dan dikiri melambangkan penegak putra dan putri.
9. Tombak yang menyilang melambangkan senjata ambalan dan pertahanan.
10. Tulisan di bawah sebagai Identitas Ambalan Nama dan Nomor.
hal ini tertuang sesuai tatib yg telah disepakati bersama :
TATA TERTIB
GERAKAN PRAMUKA
AMBALAN KEN AROK – KEN DEDES
GUDEP SMK N 2 KRAKSAAN
15039 – 15040
Keputusan No : ……………………..
BAB I
ORGANISASI
Pasal 1
Nama
- SMK N2 Kraksaan ialah Gudep Penegak yang terbagi beberapa Sangga dengan satuan besarnya yakni disebut Ambalan
- Nama Ambalan Pramuka SMK N 2 Kraksaan adalah “Ken Arok – Ken Dedes”, diambil dari kisah kerajaan jaman dahulu yang melambangkan kesetiaan dan usaha yan sangat gigih.
Pasal 2
Lambang Ambalan
1. Lambang meliputi limas dan komponen yang terkait dengan bidang keahlian SMK N 2 Kraksaan.Dengan dasar warna hitam melambangkan ketabahan, kuning kesejahteraan dan kemakmuran serta oranye menandakan kegembiraan dan ceria
2. Limas melambangkan Dasar Negara Republik Indonesia, diharapkan agar anggota ambalan menjadi seorang patriotic.
3. Bintan melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan cita – cita yang tinggi.
4. Parabola pemancar dan penerima melambangkan Pramuka SMK N 2 Kraksaan siap memimpin dan dipimpin.
5. Menara yang tersusun atas 10 Dasa Darma melambangkan kode etik Gerakan Pramuka.
6. 3 Gigi roda melambangkan kode kehormatan Gerakan Pramuka yakni Try Satya.
7. 2 Petir dikanan dan dikiri melambangkan malaikat pencatat amal baik dan buruk yang mendampingi, menandakan bahwa anggota SMK N 2 mampu membedakan hal baik dan hal buruk.
8. 2 Tunas kelap dikanan dan dikiri melambangkan penegak putra dan putri.
9. Tombak yang menyilang melambangkan senjata ambalan dan pertahanan.
10. Tulisan di bawah sebagai Identitas Ambalan Nama dan Nomor.
Pasal 3
Kedudukan
1. Musyawarah Gugus Depan adalah forum tertinggi dalam penyelesaian masalah.
2. Bentuk musyawarah terdiri dari Sidang Akbar Penegak (SIKGAK), Sidang Luar Biasa (SIARSA), Sidang Paripurna Penegak (SIPURGA).
3. Dewan Kerja Ambalan (DKA) menampung aspirasi seluruh anggota Pramuka SMK N 2 Kraksaan.
Pasal 3
Wewenang
1. Wewenang Dewan Kerja Ambalan ialah di bidang pengaturan kegiatan yang bertanggung jawab kepada Pembina, Ka.Mabigus dan Kwaran Kraksaan.
2. Hal yang terkait dengan Ambalan Ken Arok – Ken Dedes dapat di atur dan di ubah oleh Ka.Mabigus, Pembina dan Musyawarah Gugus Depan.
3. Hak mutlak keputusan mendesak di miliki oleh Pembina dan Ka.Mabigus.
BAB II
PERSONIL
Pasal 4
Calon Anggota
1. Mengisi formulir dan mengikuti diklatdas selam satu bulan.
2. Penyematan bed ambalan dan masa percobaan di laksanakan setelah mengikuti yakni berisi tentang Tamu Ambalan, Renungan Calon Penegak. Selama tiga bulan masa percobaan.
3. Penguji Calon anggota adalah DKA dan Dewan Kehormatan.
Pasal 5
Anggota
1. Anggota yang telah di lantik wajib mengikuti orientasi sangga.
2. Setiap anggota memiliki pendamping kanan dan pendamping kiri yang di tentukan Pembina.
3. Anggota dilantik memiliki nomor induknya.
4. Anggota dilantik memiliki kartu anggota.
Pasal 6
Kepribadian
1. Anggota tidak di perkenankan untuk merokok ketika kegiatan berlangsung.
2. Anggota dilarang gaduh ketika kegiatan berlangsung.
3. Anggota wajib menjaga kebersihan tempat yang di gunakan bersama.
4. Anggota harus memiliki jiwa loyalitas dan royalitas kepada organisasi, sesame anggota dan senior.
5. Anggota dilarang menyombonkan diri tentang keunggulan Ambalan SMK N 2 Kraksaan (Fanatik).
Pasal 7
Hubungan
1. Anggota dilarang menjalin hubungan asmara dengan sesama anggota, kecuali dengan alasan yang tertentu yang disetujui oleh forum.
2. Anggota yang berpacaran dilarang bermesraan didepan umum.
3. Anggota diharuskan menyesuaikan diri dan tahu kondisi antara sesama anggota serta senior.
4. Anggota yang saling bermusuhan /mempunyai masalah sesama anggota di sidang oleh Dewan Kerja dan Pembina.
Pasal 8
Batasan Permasalahan
1. Anggota tidak melayani atau membalas pihak pemicu permasalahan.
2. Angota tahu posisi masalah yang di hadapi antara diri sendiri, organisasi, pramuka external, kelura, dan social.
Pasal 9
Sifat
1. Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan berdasar kepada lapang dada dan fleksibellitas.
2. Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan berpedoman santai – serius – sukses, cepat – senyap – tetap, berpikir – bertindak – menghindar – menyerang.
3. Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan berpandangan kepada kepercayaan dan kesetiaan mahal harganya.
BAB III
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 10
Cara Pengambilan Keputusan
1. Keputusan siding diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.
2. Apabila tidak tercapai dengan mufakat, maka dilakukan pembicaraan tidak formal (Lobbying) selama 2 × 5 menit maka diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Suara terbanyak sekurang – kurangnya 1/3 dari jumlah peserta yang hadir ditambah satu.
BAB IV
HAK dan KEWAJIBAN
Pasal 11
Hak
1. Selurah anggota Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan berhak memilih sangga yang sesuai dengan kemampuannya.
2. Selurah anggota Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan berhak mendapat penghargaan – penghargaan, Sertifikat, Bintang Tahunan dll. Selama tidak melanggar tata tertib.
3. Selurah anggota Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan berhak mendapat penjelasan dan pengarahan materi dan pelatihan – pelatihan.
4. Anggota berhak mengikuti kegiatan yan diprogramkan tanpa terkait cacat exdisipliner.
Pasal 12
KEWAJIBAN
1. Selurah anggota Ambalan berkewajiban untuk mematuhi peraturan dan tata tertib Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan.
2. Selurah anggota Ambalan bertanggung jawab menjaga nama baik Gerakan Pramuka Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan, baik dari dalam maupun dari luar.
3. Anggota wajib memberikan pengabdian penuh kepada Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaanagar sukses dan jaya.
Pasal 13
1. Seluruh anggota Ambalan bertanggung jawab menjaga semua rahasia yang ada di Gerakan Pramuka Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan dan tidak dipengaruhi oleh siapa pun selama hal tersebut dapa merusak keanggotaan Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan.
2. Seluruh anggota Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan wajib menjalin hubungan baik antara junior, senior, Pembina, dan seluruh Warga SMK N 2 Kraksaan.
3. Seluruh anggota Saka Bakti Husada wajib memenuhi administrasi dalam setiap pertemuan.
BAB V
Pelantikan
Pasal 14
1. Anggota yang telah menyesuaikan SKU Penegak akan segera dilantik Bantara atau Laksana. Minimal 90% telah terisi pengesahan Pembina.
2. Pelantikan dapat dilaksanakan ketika upacara pembukaan dan penutupan latihan.
3. Anggota yan dilantik telah melalui proses SIDANG.
BAB VI
Lain – lain
Pasal 15
1. Peraturan yang belum tercantum dalam tata tertib akan disidankan selanjutnya.
2. Dalam keadaan darurat hal yang belum diatur dalam TATA TERTIB dapat diputuskan oleh Ka.Mabigus, Mabigus, dan Pembina Latihan.
3.
Tata tertib di susun untuk kepentingan bersama anggota Ambalan Ken Arok – Ken Dedes SMK N 2 Kraksaan.
KEN DEDES
Singasari adalah kota kecil yang terletak sekitar 10-15 km di utara kota Malang. Kalau ke Malang dari arah Surabaya melalui jalan umum yang sekarang ini ada, tentu akan melewati kota ini.
Di kota Singasari itu terdapat banyak peninggalan kuno yang disepakati banyak pakar sejarah sebagai bekas-bekas pusat kerajaan Singasari, sebuah kerajaan yang dikenal pernah mengirim ekspedisi ke kerajaan Melayu di Sumatera untuk menghadapi ekspansi kekaisaran Mongol.
Berbicara tentang Kerajaan Singasari yang masa hidupnya berlangsung antara tahun 1222 sampai dengan 1292 M, rasanya tidak lengkap kalau tidak mengupas sosok wanita yang namanya tercatat dalam sejarah dan melegenda sampai saat ini, yaitu Ken Dedes.
Ken Dedes adalah seorang wanita yang konon sangat cantik. Disebutkan dalam kisah bahwa ia dilahirkan di sebuah desa di Polowijen Malang (sekarang ini) sebagai anak dari Mpu Purwa, seorang pendeta Budha.
Entah bagaimana jalan ceritanya, Ken Dedes – saat ayahnya tidak berada di rumah – dibawa lari oleh Tunggul Ametung, yang saat itu menjadi Akuwu (penguasa daerah) di Tumapel. Mungkin Tunggul Ametung – yang menjadi bawahan Kerajaan Kediri- tahu kalau di situ ada gadis cantik sehingga ia menyuruh anak buahnya untuk menculiknya. Atau mungkin dia sendiri yang datang lalu membawa lari perempuan itu.
Marah setelah mengetahui anak gadisnya dibawa lari, Mpu Purwa mengutuk si pembawa lari sementara anaknya didoakan menjadi orang besar. Demikianlah kisah yang melatarbelakangi keberadaan Ken Dedes sebagai isteri Tunggul Ametung, tanpa disebut-sebut apakah pada akhirnya Ken Dedes mencintai penculiknya ataukah sebaliknya. Yang jelas, perkawinan mereka berdua membuahkan anak yang bernama Anusapati.
Lantas tersebutlah kisah lain dengan lokasi yang masih berada di seputar Malang. Di sana ada seorang perempuan yang bernama Ken Endok – berasal dari Desa Pangkur di lereng Gunung Kawi – yang sedang mengandung. Karena miskin atau mungkin karena sebab lain, bayi laki-laki yang dilahirkannya dibuang di sebuah makam. Bayi itu ditemukan oleh seorang pencuri bernama Lembong (ada yang mengatakan bahwa ia penjudi yang bernama Bango Samparan). Bayi tersebut kemudian diberi nama Ken Angrok atau Ken Arok.
Di lingkungan orang tua seperti itulah Ken Angrok pelahan-lahan tumbuh dewasa. Jadi wajarlah jika Ken Angrok kemudian menjadi anak berandal yang kegemarannya berjudi, mencuri dan sejenisnya. Saking berandalnya, suatu saat akibat kalah berjudi dan uang taruhan kurang, bapaknya terpaksa menjadi budak untuk membayar hutang judi Ken Angrok[1].
Menurut beberapa cerita sejarah, setelah dipelihara Bango Samparan yang tinggal di Desa Karuman (diperkirakan di wilayah Tlogomas, Kota Malang), Ken Angrok pernah ikut Mpu Palot, seorang pandai emas, di Turyantapada (mungkin Turen sekarang). Kemudian ia memperdalam ilmu membuat emas pada pendeta di Kabalon (sebelah timur Kelurahan Madyopuro, Kota Malang). Di masa remajanya itu, Ken Arok diberitakan pernah membuat keributan di desa Tugaran (sekarang Tegaron/ Lesanpuro di Kota Malang).
Entah bagaimana ceritanya, karena sudah menjadi takdirnya, pemuda yang bernama Ken Arok itu kemudian ditemukan oleh pendeta Hindu yang bernama Lohgawe. Setelah dilihatnya bahwa Ken Arok memiliki bakat besar, Lohgawe lalu mengantarkannya ke Tumapel untuk mengabdi pada Akuwu Tunggul Ametung[2].
Karena koneksi Lohgawe yang kemungkinan sangat dihormati oleh Tunggul Ametung, singkat cerita Ken Angrok lalu diterima sebagai pengawal istana. Tugasnya menjaga pintu istana. Saat tugas di situlah ia sering bertemu dengan Ken Dedes yang menjadi isteri Akuwu Tunggul Ametung.
Suatu hari seperti sediakala, Ken Angrok sedang duduk berjaga di pintu gerbang. Pada suatu saat datanglah kereta dan ketika berhenti, Ken Dedes turun dari kereta tersebit. Saat sebelah kaki wanita cantik ini sudah di atas injakan kereta dan kakinya yang lain masih di lantai kereta, kain yang dipakainya sedikit tersingkap. Walaupun sekejap namun cukup jelas bagi mata si Angrok, yang piawai dalam mencuri, untuk menangkap suatu pemandangan yang aneh. Di balik kain itu, yang bersumber pada pangkal selangkang, mata Ken Angrok menangkap nyala yang sangat menyilaukan.
Ken Arok terkesiap dan bingung melihat penampakan itu. Karena penasaran penasaran, di malam hari ia mendatangi Lohgawe dan menceritakan apa yang dilihatnya. Ken Angrok menanyakan apa artinya. Sang Brahmana menjelaskan bahwa nyala itu ialah sinarnya sakti. Dan yang dinamakan sakti, yaitu kekuatan atau kekuasaan di atas kodrat, yang merupakan sumber pancaran kejayaan dan keagungan.
Penjelasan ini membuat Ken Arok, yang memang ditakdirkan berambisi besar untuk berkuasa, menjadi bergairah untuk menguasai kekuasan itu. Mungkin sejak itulah Ken Arok bermaksud membunuh Tunggul Ametung agar dapat mengawini Ken Dedes. Dengan cara seperti itu ia berharap agar kekuasaan sekaligus wanita cantik dapat diraihnya.
Untuk mencapai tujuan itu ia lalu menemui Mpu Gandring, akhli pembuat keris, yang tinggal di Lulumbang. Ken Arok minta dibuatkan keris yang sakti. Mpu Gandring menyanggupi untuk membuatnya dalam tempo 1 tahun.
Puas dengan janji itu, Ken Arok lalu balik kembali ke Tumapel dan bekerja seperti biasa. Sementara itu dengan mengerahkan segenap kemampuannya, Mpu Gandring dengan khusuk membuat keris sakti tersebut.
Rupanya nafsu sudah sampai ke ubun-ubun Ken Arok. Ia tidak sabar menunggu. Lima bulan kemudian Ken Angrok datang menjumpai Mpu Gandring. Ketika melihat keris belum jadi, Ken Angrok yang sudah tidak sabar lagi ini lalu membunuh Mpu Gandring dengan menggunakan keris yang masih belum selesai itu. Mpu Gandring tewas namun sesaat sebelum tiba ajalnya ia mengeluarkan kutukan bahwa Ken Arok dan 4 orang lainnya akan terbunuh oleh keris itu.
Ken Arok lalu balik kembali ke Tumapel dan kemudian menyusun siasat. Keris (buatan) Mpu Gandring itu sengaja dititipkan kepada seorang temannya, Kebo Hijo, yang juga menjadi pengawal istana Tumapel. Karena keris itu dipakai olehnya, maka orang beranggapan bahwa Kebo Hijo memiliki keris baru.
Suatu saat yang dirasanya tepat, Ken Angrok meminjam keris itu. Dengan keris itulah ia kemudian berhasil membunuh Tunggul Ametung. Secara sengaja keris itu dibiarkan tetap tertancap pada mayat korban.
Ketika mengetahui bahwa Tunggul Ametung tewas, gemparlah istana. Mereka menuduh bahwa Kebo Hijolah yang membunuh Tunggul Ametung. Dengan sigap Ken Angrok memanfaatkan situasi ini. Kebo Hijo lalu dibunuhnya dengan keris yang sama.
Peristiwa tersebut di atas diperkirakan terjadi tahun 1200 M. Yaitu saat kandungan Ken Dedes baru berusia 3 bulan (Catatan : Diperkirakan baru pada tahun 1207 Ken Dedes mengetahui bahwa pembunuh Tunggul Ametung yang sebenarnya adalah Ken Angrok).
Ken Angrok tidak hanya kemudian mengawini Ken Dedes setelah Anusapati – anak dari Ken Dedes dengan Tunggul Ametung – lahir. Ken Angrokpun menjadi penguasa Tumapel sejak 1200 M.
Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Angrok beroleh anak yang diberi nama Mahisa Wong Ateleng. Sedang dari Ken Umang, isterinya yang lain, Ken Angrok mempunyai anak yang di antaranya bernama Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola dan Dewi Rambi.[3], [4]
Ken Angrok tidak mau tanggung-tanggung. Ia bekerja cepat. Daerah kerajaan Janggala, di timur Gunung Kawi, diserbu dan direbutnya. Janggala ini dahulunya merupakan separoh bagian dari wilayah kerajaan Airlangga, di samping Panjalu, yang meliputi kawasan sepanjang pesisir utara dari Surabaya ke Pasuruan. Juga daerah-daerah di sebelah timur kawasan Janggala menjadi sasaran ekspansi Angrok.
Ketika itu ketidakpuasan terhadap Raja Kediri – penguasa wilayah Janggala – memang sedang marak. Para brahmana bertentangan tajam dengan Sri Kertajaya (Raja Kediri periode tahun 1200-1222). Ken Angrok yang tahu keadaan ini, dengan cerdik memanfaatkannya. Oleh sebab itu banyak brahmana yang melarikan diri dari Kediri, mencari perlindungan kepada Ken Angrok di Tumapel[5].
Lama kelamaan Raja Kediri risih juga. Dengan alasan bahwa Ken Angrok melindungi kaum pemberontak maka tentara Kediri datang menyerbunya. Pertempuran demi pertempuran terjadi dan akhirnya tahun 1222 Ken Arok berhasil mengalahkan Sri Kertajaya dan tentaranya dalam suatu pertempuran yang hebat di daerah Ganter (dekat Pujon). Karena keberhasilan ini, Ken Angrok lalu mentasbihkan dirinya menjadi Raja Singasari yang membawahi Kediri. Gelar yang dipilihnya adalah Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi.
Tercapailah cita-cita Ken Angrok untuk menjadi penguasa dan sekaligus beristerikan perempuan cantik. Namun itu tidak lama. Anusapati – anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung – yang telah beranjak dewasa akhirnya mengetahui bahwa ayah kandungnya telah dibunuh oleh Ken Angrok. Dendam mungkin sudah dipendamnya agak lama namun tentu saja ia mencari cara dan waktu yang tepat untuk bisa menuntut hutang nyawa itu.
Akhirnya tahun 1227, Anusapati – yang saat itu diperkirakan berusia 27 tahun – berhasil membunuh Ken Angrok, juga dengan keris buatan Empu Gandring. Ken Angrok lalu dikebumikan di Kagenengan (sebelah selatan Singasari) dalam bangunan suci Siwa dan Budha. Tidak diceritakan tentang bagaimana sikap Ken Dedes setelah mengetahui bahwa anaknya dari Tunggul Ametung menjadi pelaku atau dalang pembunuhan Ken Arok, suaminya yang kedua. Juga tidak diketahui apakah Ken Dedes mencintai Ken Angrok ataukah tidak.
Anusapati kemudian menjadi raja dengan periode waktu yang cukup lama, yaitu 20 tahun. Tidak ada berita mengenai bagaimana pemerintahan berlangsung selama pemerintahannya.
Tahun 1247, Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya, anak Ken Angrok dari Ken Umang. Anusapati dikebumikan di Candi Kidal (sebelah tenggara Kota Malang).
Pemerintahan Panji Tohjaya hanya beberapa bulan saja. Pada tahun 1248 ia dikudeta oleh Ranggawuni/Panji Seminingrat (anak Anusapati) yang berkolaborasi dengan Mahisa Campaka (anak Mahisa Wong Ateleng), Panji Pati-pati dan Lembu Ampal. Tohjaya berhasil lolos dari kepungan mereka namun kemudian meninggal di Katang Lumbang akibat luka-luka yang dideritanya.
Ranggawuni – raja Singasari pertama yang namanya diabadikan di prasasti – menggantikan Tohjaya menjadi raja Singasari (1248-1268) dengan gelar Jayawisnuwardhana. Selama pemerintahan nya, dengan bijaksana ia mencoba menyelesaikan perebutan tahta antar keturunan Ken Angrok-Ken Dedes-Tunggul Ametung. Pada tahun 1250 dikabarkan perselisihan keluarga tersebut berhasil diselesaikan.
Dalam pemerintahannya, Ranggawuni (yang juga bergelar Mapanji Smingrat) dibantu oleh saudara sepupunya yang bernama Mahisa Campaka (anak Mahisa Wongateleng). Dalam hal ini Mahisa Campaka menduduki jabatan sebagai Ratu Angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Selama masa pemerintahannya pula, Ranggawuni berhasil membangun sebuah benteng pertahanan di Canggu Lor (kelak di jaman Majapahit kota ini berkembang menjadi pelabuhan penting)[6],[7]
Ranggawuni memerintah selama kurang lebih 20 tahun. Tahun 1268 Ranggawuni meninggal dalam keadaan normal (tidak dibunuh) dan dikebumikan sebagai Siwa di Waleri dan sebagai Budha Amoghapasa di Jajaghu (Candi Jago). Ia digantikan oleh anaknya yang bernama Kertanegara (1268-1292).
Kertanegara termasuk sosok penguasa yang terkenal. Selain merombak susunan pemerintahan, yang menyebabkan timbulnya banyak pejabat yang tidak puas, ia pun belakukan ekspansi ke luar Jawa (antaralain ke Melayu/Jambi). Kemungkinan besar semua itu dilakukan sebagai upaya untuk menghadapi tentara Mongol memang sedang menyerbu Asia Tenggara. Namun saying, Kertanegara justru tewas padatahun 1292 oleh besannya sendiri, Raja Kediri Jayakatwang. Sekitar tahun itu pula balatentara Mongol menyerbu Jawa yang mengakibatkan raja Kediri tersebut juga tewas.
Dengan tewasnya Kertanegara maka habislah Kerajaan Singasari. Namun penerus keluarga hasil perkawinan Ken Dedes-Tunggul Ametung dan Ken Dedes-Ken Angrok masih tetap ada dan bahkan menjadi cikal bakal terbentuknya kerajaan baru yang lebih besar dari Singasari. Ia adalah Raden Wijaya, menantu Kertanegara dan sekaligus anak dari cicit Ken Dedes, yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Majapahit.
dikutip dari http://wanitanusantara.blog.plasa.com/2009/03/05/ken-dedes/
KEN AROK
Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok (lahir:1182 - wafat: 1227/1247), adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari). Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247)
Asal usul
Menurut naskah Pararaton, Ken Arok adalah putra Dewa Brahma hasil berselingkuh dengan seorang wanita desa Pangkur bernama Ken Ndok. Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri & gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi pula yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.
Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng. Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.
Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.
Merebut Tumapel
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi akuwu (setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung. Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.
Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.
Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang (sekarang Lumbang, Pasuruan), yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok sendiri.
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencana liciknya. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.
Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung. Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung.
Mendirikan Kerajaan Tumapel
Pada tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Sebagai raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi
Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa dan siap memerangi Kertajaya.
Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya diberitakan naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.
Keturunan Ken Arok
Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati.
Kematian Ken Arok
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Versi Nagarakretagama
Nama Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam Nagarakretagama (1365). Naskah tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan putra Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182.
Pada tahun 1222 Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa. Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun 1254 diganti menjadi Singasari oleh Wisnuwardhana).
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun 1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.
Kematian Sang Rajasa dalam Nagarakretagama terkesan wajar tanpa pembunuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk keluarga besar Hayam Wuruk, sehingga peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja Majapahit dianggap aib.
Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sang Rajasa dalam Pararaton diperkuat oleh prasasti Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan kalau kematian Sang Rajasa memang tidak sewajarnya.
Keistimewaaan Ken Arok
Nama Rajasa selain dijumpai dalam kedua naskah sastra di atas, juga dijumpai dalam prasasti Balawi yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit tahun 1305. Dalam prasasti itu Raden Wijaya mengaku sebagai anggota Wangsa Rajasa.Raden Wijaya adalah keturunan Ken Arok.
Nama Ken Arok memang hanya dijumpai dalam Pararaton, sehingga diduga kuat merupakan ciptaan si pengarang sebagai nama asli Rajasa. Arok diduga berasal dari kata rok yang artinya "berkelahi". Tokoh Ken Arok memang dikisahkan nakal dan gemar berkelahi.
Pengarang Pararaton sengaja menciptakan tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sang Rajasa dengan penuh keistimewaan. Kasus yang sama terjadi pula pada Babad Tanah Jawi di mana leluhur raja-raja Kesultanan Mataram dikisahkan sebagai manusia-manusia pilihan yang penuh dengan keistimewaan. Ken Arok sendiri diberitakan sebagai putra Brahma, titisan Wisnu, serta penjelmaan Siwa, sehingga seolah-olah kekuatan Trimurti berkumpul dalam dirinya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau pendiri Kerajaan Tumapel hanya seorang rakyat jelata, namun memiliki keberanian dan kecerdasan di atas rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pembangun suatu dinasti baru yang menggantikan dominasi keturunan Airlangga dalam memerintah pulau Jawa.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ken_Arok
CERITA KEN AROK DAN KEN DEDES
Cerita tentang Ken Arok dan Ken Dedes
Terpikat pada keelokan bunga ditaman tetangga
Membuat sang perjaka putar kepala
Berpura-pura jadi tukang kebun penjaga
Setiap hari merayu sang bunga
Cerita tentang Ken Arok dan Ken Dedes
Terpikat pada kegagahan sang tukang kebun penjaga
Membuat sang bunga kehilangan malu rasa
Berpura-pura tidak terjadi apa-apa
Setiap hari bercinta bersama
Cerita tentang Ken Arok dan Ken Dedes
Tergoda ingin selalu bersama
Membuat sang perjaka dan sang bunga gelap mata
Berpura-pura tetap setia
Setiap hari diskusi pembunuhan berencana
Pemilik taman bunga yang malang, Tunggul Ametung namanya
Tertikam keris sang tukang kebun penjaga
Mati untuk selamanya....
Ken Arok-Pendiri Kerajaan Singhasari
Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok (lahir:1182 - wafat: 1227/1247), adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari). Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247).
Menurut naskah Pararaton, Ken Arok adalah putra Dewa Brahma hasil berselingkuh dengan seorang wanita desa Pangkur bernama Ken Ndok. Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri & gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi pula yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.
Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng. Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.
Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan(Tanda lahir berupa gambar cakra dilengan kanan atas dan teompet kulit kerang di lengan kiri atas = Sesuai dengan penggambaran Dewa Wisnu), Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi akuwu (setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung. Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.
Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.
Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang (sekarang Lumbang, Pasuruan), yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok sendiri.
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencana liciknya. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.
Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung. Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung.
Pada tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Sebagai raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi
Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa dan siap memerangi Kertajaya.
Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya diberitakan naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.
Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati.
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Nama Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam Nagarakretagama (1365). Naskah tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan putra Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182.
Pada tahun 1222 Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa. Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun 1254 diganti menjadi Singasari oleh Wisnuwardhana).
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun 1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.
Kematian Sang Rajasa dalam Nagarakretagama terkesan wajar tanpa pembunuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk keluarga besar Hayam Wuruk, sehingga peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja Majapahit dianggap aib.
Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sang Rajasa dalam Pararaton diperkuat oleh prasasti Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan kalau kematian Sang Rajasa memang tidak sewajarnya.
Nama Rajasa selain dijumpai dalam kedua naskah sastra di atas, juga dijumpai dalam prasasti Balawi yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit tahun 1305. Dalam prasasti itu Raden Wijaya mengaku sebagai anggota Wangsa Rajasa.Raden Wijaya adalah keturunan Ken Arok.
Nama Ken Arok memang hanya dijumpai dalam Pararaton, sehingga diduga kuat merupakan ciptaan si pengarang sebagai nama asli Rajasa. Arok diduga berasal dari kata rok yang artinya "berkelahi". Tokoh Ken Arok memang dikisahkan nakal dan gemar berkelahi.
Pengarang Pararaton sengaja menciptakan tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sang Rajasa dengan penuh keistimewaan. Kasus yang sama terjadi pula pada Babad Tanah Jawi di mana leluhur raja-raja Kesultanan Mataram dikisahkan sebagai manusia-manusia pilihan yang penuh dengan keistimewaan. Ken Arok sendiri diberitakan sebagai putra Brahma, titisan Wisnu, serta penjelmaan Siwa, sehingga seolah-olah kekuatan Trimurti berkumpul dalam dirinya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau pendiri Kerajaan Tumapel hanya seorang rakyat jelata, namun memiliki keberanian dan kecerdasan di atas rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pembangun suatu dinasti baru yang menggantikan dominasi keturunan Airlangga dalam memerintah pulau Jawa.
Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Ken_Arok